Blinking Cute Box Cat

Sabtu, 02 April 2016

Perkembangan Kognitif Pada Remaja

   A.    Perkembangan Fase Manusia




Setiap manusia memiliki fase perkembangannya masing-masing. Dari fase perkembangan prenatal, fase perkembangan masa bayi, fase perkembangan masa kanak-kanak, pase perkembangan masa kanak-kanak akhir, fase remaja, fase dewasa dan awal madya, hingga fase lanjut usia. Semua fase-fase tersebut memiliki karakteristik yang pasti berbeda-beda.
Seperti halnya fase remaja. Pada fase ini setring disebut dengan masa transisi. Karena dalam fase ini terjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salain itu, pada fase ini pula banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang baik dari fisik maupun dari psikisnya.
Sifat-sifat remaja sebagian sudah tidak menunjukkan sifat-sifat masa kanak-kanaknya, tetapi juga belum menunjukkan sifat-sifat sebagai orang dewasa. Masa remaja ini mempunyai cirri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya karena berbagai hal yang mempengaruhinya, sehingga selalu menarik untuk dibicarakan.
Tetapi dari banyaknya perubahan-perubahan yang ada di diri seseorang yang sudah memasuki masa remaja, tetapi tidak bisa menafikan adanya masalah-masalah yang timbul dari perubahan tersebut. Banyak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang negative.

       B.        Pengertian Remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di awali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Kata remaja diterjemahkan dalam bahasa inggris adolescende atau adoleceré (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen disamakan. Adolecen maupun  remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan social.
Istilah lain untuk menunjukkan pengertian remaja yaitu pubertas. Pubertas berasal dari kata pubes (dalam bahasa latin) yang berarti rambut kelamin, yaitu yang merupakan tanda kelamin sekunder yang menekankan pada perkembangan seksual. Dengan kata lain pemakaian kata pubertas sama dengan remaja tetapi lebih menunjukkan remaja dalam perkembangan seksualnya atau pubertas hanya dipakai dalam hubungannya dengan perkembangan bioseksualnya.
Masa remaja di tinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Jika melihat dari rentang usia remaja, Menurut Hurlock (1964) menyatakan rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang di bagi pula dalam usia masa remaja awal 13/14 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO menyatakan walaupun definisi di atas terutama di dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurung usia dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Selain itu, ada juga membagi usia remaja menjadi tiga fase perkembangan, seperti dikemukakan oleh Monks, dkk (2002) membagi fase-fase masa remaja ke dalam tiga tahap, yaitu:
1.      Remaja awal (12-15 tahun)
2.      Remaja pertengahan (15-18 tahun)
3.      Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan perorangan, maka penentuan umur saja belum cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru telah atau belum mulai. Penggolongan remaja yang semata-mata berdasarkan usia saja, tidak membedakan remaja dengan keadaan sosial psikologinya yang berlain-lainan.
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa dewasa, dimulai dengan pubertas, ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Pada akhir dari perkembangannya fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis yang menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sel telur dari indung telurnya yang disebut menstruasi atau haid.
Perubahan fisik pada pada remaja pria meliputi
1.   Membesarnya ukuran penis dan buah pelir
2.   Tumbuhnya bulu kapuk disekitar kemaluan, ketiak, dan diwajah.
3.   Perubahan suara menjadi agak membesar
4.   Terjadnya ejakulasi pertama biasanya melalui masturbasi atau onani atau mimpi basah.
Sementara perubahan fisik pada remaja wanita ditandai dengan
1.   Menstruasi pertama
2.   Mulai membesarnya payudara
3.   Tumbuhnya bulu kapuk di sekitar ketiak dan kelamin.
4.   Membesarnya/ atau melebarnya ukuran pinggul. Puncak pertumbuhan fisik masa pubertas adalah pada usia 11,5 tahun pada remaja wanita, dan usia 13,5 tahun bagi remaja pria.

      C.     Perkembangan Kognitif Pada Remaja




Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas) individu untuk memanipulasi dan menyimak informasi. Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “formal operation stage” yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan berpikir formal ini terdiri atas 2 periode (Broughton dalam John W. Santrock, 2010:97), yaitu:
1.   Early formal operation thought, yaitu kemampuan remaja untuk berpikir dengan cara hipotetif yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam priode awal ini remaja mempersepsi dunia sangat bersifat subjektif dan idealistik.
2.   Late Formal Opreration Thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang berlawanan dengan pengalamanya dan mengembalikan keseimbangan intelektualnya. Melalui akomendasi (penyesuaian terhadap informasi atau hal baru), remaja mulai menyesuaikan terhadap bencana atau kondisi pancaroba yang telah dialaminya.
Remaja, secara mental telah dapat berpikir secara logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret.
Teori Piaget adalah teori yang sangat terkenal dan merupakan teori perkembangan kognitif mengenai remaja yang paling banyak dibahas secara luas. Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara mengonstruksikan dunia kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi-informasi dari lingkungan tidak hanya sekedar dituangkan ke dalam pikiran mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman- pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu sama lain. Mereka juga mengadaptasikan pemikiran mereka yang melibatkan gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan pemahaman mereka. Ketika mengonstruksikan dunianya, remaja menggunakan skema. Skema (schema) adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminta bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan dan memahami pengalamannya sekarang. Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasikan skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1952). Asimilasi (assimilation) adalah memasukkan informasi- informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi (accomodation) adalah menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru. Dalam akomodasi terjadi perubahan dalam skema yang sudah ada. Sebagai contoh, andaikan saja seorang remaja perempuan berusia 16 tahun ingin belajar mengenai bagaimana caranya menggunakan komputer. Orang tuanya diakses pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 11:06 WIB membelikan ia sebuah komputer di hari ulang tahunnya. Meskipun ia belum pernah memilki pengalaman untuk menggunakannya, dari pengalaman dan pengamatan, ia mengetahui bahwa ia harus menekan tombol untuk menghidupkan komputer itu dan memasukkan sebuah CD-ROM ke dalam suatu celah. Perilaku ini cocok dengan kerangka kerja konseptual yang telah ada (asimilasi). Namun ketika ia menekan beberapa tombol, ia membuat beberapa kesalahan. Ia segera menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana menggunakan komputer, entah dari kawan atau guru. Penyesuaian dalam pendekatan ini memperlihatkan kesadaran akan perlunya mengubah kerangka kerja konseptualnya (akomodasi). Ekuilibrium (equilibrium), suatu proses lain yang diidentifikasi oleh Piaget, adalah mengubah pemikiran dari satu kondisi ke kondisi lain. Suatu waktu remaja mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium) ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya. Pada akhirnya mereka dapat menyelesakan konflik dan meraih keseimbangan. Menurut Piaget, secara bergantian individu berada dalam kondisi kognitif yang equilibrium atau disequilibrium. Sebagai contoh, apabila seorang anak berpendapat bahwa jumlah suatu cairan meningkat ketika dituangkan ke dalam wadah yang ukuranyya berbeda, ia mungkin menjadi bertanya-tanya dari manakah cairan “ekstra” itu berasal atau benarkah lebih banyak cairan di wadah kedua itu. Anak akan memecahkan teka-teki itu ketika pemikirannya telah berubah maju. Dalam dunia sehari- hari, anak-anak selalu mengahdapi inkonsistensi kognitif semacam itu. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Remaja Piaget Menurut Piaget, individu berkembang melalui empat tahap kognitif, yaitu: sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasi formal (11 tahun-dewasa). Tahapan operasi formal adalah tahap keempat dan terakhir dari perkembangan kognitif menurut Piaget. Menurut Piaget, tahap ini muncul di usia antara 11 sampai 15 tahun. Perkembangan kekuatan berpikir remaja membuka cakrawala kognitif dan sosial yang baru. Karakteristik yang paling menonjol dari pemikiran operasi formal adalah sifatnya yang lebih abstrak dibandingkan pemikiran operasi konkret. Remaja tidak terbatas pada pengalaman-pengalaman yang aktual atau konkret sebagai titik tolak pemikiranya. 3 John W. Santrock, Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal.123.

Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan abstrak reflektif.



1.   Pemikiran Deduktif Hipotesis Pemikiran deduktif

Adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpul
an dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.

2.      Pemikiran Induktif Saintifik Pemikiran induktif

Adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel kontrol, mencatat hasil, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.

 3. Pemikiran Abstraksi Reflektif

pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blinking Cute Box Cat